MAKALAH PENGARUH AKTIFITAS MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIALNYA
PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Kajian IPS MI/SD
Pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Smt 2
Tahun Akademik 2015/2016
Disusun Oleh :
Rosmatul
’Alawiyah (1415107058)
PGMI-B
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Tati Nurhayati M.A.
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan saya nikmat sehat jasmani
dan rohani sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam,
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah
membimbing kita dari zaman kegelapan menuju ke jalan yang terang benderang yang
diterangi dengan iman dan Islam.
Ucapan terima kasih saya sampaikan
kepada dosen pengampu mata kuliah Kajian IPS di MI/SD yang telah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk membahas tentang PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL, dan terimakasih pula kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang saya
susun ini bukanlah makalah yang sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
sempurnanya makalah ini.
Cirebon, Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ .... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ .... 2
A. MANUSIA........................................................................................................... .... 2
1. Pengertian Manusia .......................................................................................... .... 2
2. Aspek-Aspek Manusia ..................................................................................... .... 2
3. Daya manusia ................................................................................................... .... 4
4. Tipologi Manusia .............................................................................................. .... 11
5. Posisi Manusia diantara
Makhluk Lain ............................................................ .... 14
B. LINGKUNGAN .................................................................................................. .... 14
1. Pengertian Lingkungan .................................................................................... .... 15
2. Macam-Macam Lingkungan ............................................................................. .... 15
C.PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUPNYA 24
BAB III PENUTUP.................................................................................................... .... 32
A.
Kesimpulan ........................................................................................................ .... 32
B.
Saran .................................................................................................................. .... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. .... 34
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Lingkungan memiliki hubungan dengan
manusia, demikian pula kehidupan manusia memengaruhi tempat hidupnya. Kita
bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga
kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Seringkali lingkungan yang terdiri
dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk
sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Manusia mendapapatkan unsur-unsur yang
diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin
beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Makin besar jumlah kebutuhan hidupnya
berarti makin besar perhatian manusia terhadap lingkungannya. Membahas tentang
manusia berarti membahas tentang kehidupan sosial dan budayanya, tentang
tatanan nilai-nilai, peradaban, kebudayaan, lingkungan, sumber alam, dan segala
aspek yang menyangkut manusia dan lingkungannya secara menyeluruh.
Dalam makalah
ini, akan dijelaskan tentang hakikat manusia serta lingkungan tempat
tinggalnya ataupun lingkungan mereka melakukan interaksi dengan sesama manusia,
selain itu akan dibahas pula bagaimana pengaruh manusia terhadap lingkungan
hidupnya.
BAB II
A.
MANUSIA
1.
Pengertian Manusia
Beberapa para ahli memeberikan definisi manusia sebagia berikut[1]
a.
Omar Mohammad
Manusia adalah
mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia
adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan
b.
Erbe Sentau
Manusia adalah
mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
c.
Paula J. Cdan Janet
manusia adalah
mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab
atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan
dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan
Jadi, Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait dan
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik
baik itu positif maupun negatif.
2.
Aspek-Aspek Manusia
Secara mudah dapat dikatakan bahwa manusia terdiri atas dua aspek yaitu
tubuh dan rohani. Tubuh yang tidak disertai jiwa bukanlah tubuh manusia, tetapi
mayat. Sebaliknya, jiwa tanpa tubuh yang tampak dikatakan arwah, setan, atau
jin. Sehingga yang dapat dikatakan manusia adalah apabila mempunyai aspek tubuh
dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. [2]
a.
Tubuh atau Jasmani Manusia
Tubuh atau jasmani ini bersifat materi, dapat dilihat, diraba, dan
dirasa sehingga wujudnya konkert atau nyata. Namun, tubuh dinilai lebih rendah
daripada jiwa karena sifat materinya itu. Apanila seseorang telah meningggal,
tubuhnya kan membusuk, hancur, dan akhirnya lenyap (tidak abadi).
Secara umum, tubuh manusia dibagi atas tiga bagian besar yaitu:
kepala, tubuh, dan anggota tubuh. Pada kepala, terdapat indera manusia,
telinga, mata, hidung, dan mulut. Dalam kepala terdapat otak yang digunakan
oleh manusia untuk berpikir. Untuk melindungi bagian yang peka, seperti kepala
dan mata, tumbuhlah rambut dibagian-bagian tersebut. Pada tubuh manusia yang
berongga didalamnya terdapat jantung, paru-paru, hati, limpa, isi perut, dan
ginjal yang merupakan semacam pabrik tempat mengolah kebutuhan tubuh. Selain
itu, terdapat anggota tubuh yang terdiri atas tangan yang berfungsi untuk
memegang sesuatu yang diperlukan, dan kaki yang berfungsi untuk membawa tubuh
maupun kepala.
Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan manusia makin
tahu tentang tubuhnya, seperti sistem syaraf, sel darah merah dan darah putih,
serta sel-sel lainnya yang jumlahnya jutaan. Namun, kemjauan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu tidak secara otomatis berhasil membuka tabir rahasia jiwa manuisia.
b.
Jiwa atau Rohani Manusia
Jiwa tidak tampak oleh mata karena sifatnya yang abstrak. Selain
itu, jiwa juga memiliki sifat yang abadi, karena begitu jiwa meninggalkan
tubuh, ia akan kembali ke asalnya yaitu kepda Tuhan Yang Maha Esa secara abadi
dan tidak mengalami kehancuran. Peristiwa orang bermimpi yang tubuhnya
tergeletak di tempat tidur, tetapi perasaannya dapat kemana-mana, dinilai bahwa
jiwanyalah yang bepergian. Demikia juga pada manusia yang meninggal, karena
kehilangan jiwa, manusia tidak dapat berjalan, bercakap-cakap, makan, minum,
dan sebagainya. Karena jiwa sifatnya abstrak, sering diberikan penggambaran
dalam bentuk analogi seperti berikut:
Jasmani dan rohani manusia dapat diperbandingkan dengan rumah dan
penghuninya. Rumah yang dibuat oleh manusia, tetapi tidak digunakan memberikan
kesan angker, menakutkan, seperti takutnya manusia kepada jenazah yang sudah tidak berjiwa. Sebaliknya, manusia
tanpa rimah juga menakutkan orang lain karena kemungkinan akan berbuat jahat.
Dapat pula dibandingkan dengan kapal dan nahkodanya. Ada kapal
tanpa nahkoda maka kapal itu tidak menentu arahnya, an terombang-ambing oleh
gelombang laut. Sebalimya, nahkoda tanpa kapal, tidak berfungsi sebagai nahkoda
yang harus mengemudikan kapal. Kapal sebagai tubuh, sedangkan nahkoda sebagai
jiwa yang mengendalikan tubuh.
3.
Daya Manusia
Manusia, lebih-lebih pada masa di bawah lima tahun (balita),
kondisinya sangat lemah bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Setelah
melalui proses pematangan, terutama pendidikan, manusi menjadi raja dunia
karena memiliki sejumlah kemampuan, seperti akal, perasaan, kemauan, fantasi,
dan perilaku yang khas sehingga manusia ditempatkan ditingkat teratas. [3]
a.
Akal dan Inteligensi
Inteligensi merupakan kemampuan manusia yang bersifat operasional.
Oleh karena itu, pemikiran yang aktif merupakan kekuatan yang bersifat
fungsional. Jadi, berpikir merupakan suatu perbuatan operasional yang mendorong
untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup sebagai manusia.
Kemampuan manusia berfikir mempunyai fungsi untuk mengingat kembali
apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya, kemudian membentuk
konsep-konsep untuk memecahkan masalah-masalah sebagai tugas pokok dan akhirnya
membentuk tingkah laku yang nyata dalam usaha mencapai tujuannya. Manusia
meresapkan, mengecamkan rangsangan yang ditangkap oleh inderanya, menyimpan
untuk waktu yang lama, kemudian memproduksinya sebagai perbuatan mengingat.
Pemebentukan konsep dilakukan dengan membentuk pengertian, kemudian membentuk
pendapat, untuk akhirnya memeperoleh kesimpulan. Dengan ringkas, seorang
psikolog dari Perancis, Binet berpendapat bahwa inteligensi meliputi
pengertian, penenmuan sesuatu yang baru, keyakinan hati, dan pengertian
terhadap diri sendiri.
Inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu inteligensi
yang praktis dan teoritis. Inteligensi praktis erat kaitannya dengan
pekerjaan sehingga merupakan kegiatan keterampilan atau yang bersifat teknis.
Dalam usaha perekrutan pegawai di suatu kantor, dilakukan pemilihan atau
klasifikasi, seseorang yang memiliki inteligensi praktis akan ditempatkan di
lapangan yang mempunyai sifat pekerjaan operasional. Sedangkan bagi yang
memiliki inteligensi teoritis lebih banyak dikaitkan dengan
masalah-masalah yang menggunakan pola berpikir atau hal-hal yang sifatnya
abstrak dan menurut logika yang cermat dan tepat. Mereka yang dikategorikan
dalam kelompok ini biasanya ditempatkan di staf.[4]
Masalah yang berkaitan dengan berpikir adalah intuisi, yaitu
pandangan batiniah yang serta-merta menembus suatu peristiwa atau kebenaran
tanpa penalaran pikiran sehingga mirip dengan ilham. Intuisi merupakan bentuk
pikiran yang samar-samar, sering setengah disadari, tanpa diriringi proses
berpikir yang cermat sebelumnya, namun kemudian bisa menuntun pada suatu
keyakinan, yaitu secara tiba-tiba danpasti memunculkan sutau keyakinan yang
tepat. Unsur kepastian pada intuisi mirip dengan naluri, namun sifatnya tetap
irasioanl.
b.
Perasaan dan Emosi
Perasaan dan emosi merupakan dua bagian integral dari keseluruhan
aspek psikis sseorang. Perasaan merupakan warna atau suasana psikis seseorang
yang mengiringi atau menyertai suatu kegiatan dalam situasi khusus, serta
berhubungan dengan adanya kesan setelah kegiatan berlangsung. Dari suatau
kegiatan lahirlah macam-macam perasaan, seperti gembira, sedih, benci, dan
sebagainya.
Timbulnya perasaan merupakan masalah yang pelik, banyak teori
tentang timbulnya suatu perasaan. James (Amerika) dan Lange (Denmark)
mengatakan bahwa perasaan ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari luar yang
disebut stressful situation. Seseorang menangis bukan karena sedih,
melainkan karena menangis ia menjadi sedih. Seseorang bukan karena takut maka
ia lari, melainkan karena lari ia menjadi takut. Seseorang yang berwajah cerah
dikarenakan ia gembira. Dengan demikian, kedua
ahli yang terkenal dengan paham behaviorism itu mengabaikan
perasaan sadar seseorang, kondisi fisik dinilai lebih mewarnai perasaan
seseorang.[5]
Pada umumnya, perasaan dibedakan atas dua tingkatan, yaitu rendah
dan luhur. Perasaan rendah sangat erat kaitannya dengan hal-hal yang
sifatnya fisik dan biologis yang dapat dibedakan atas empat jenis: perasaan
naluri, penginderaan, tanggapan, dan vital. Perasaan naluri berhubungan dengan
dorongan dasar individu, seperti lapar sehingga ingin makan. Perasaan
penginderaan timbul, antara lain karena adanya suara keras sehingga menutup
telinga dan adanya sinar yang silau sekali sehingga menutup mata. Perasaan
tanggapan timbul karena adanya suatu peristiwa seperti perasaan gembira karena
menerima hadiah dan perasaan sedih karena mendapat musibah. Perasaan vital
timbulkarena keadaan, misalnya dalam keadaan dingin dapat mendorong seseorang
untuk berselimut atau menggunakan manteldan sebaliknya, dalam suhu yang panas
mendorong seseorang untuk menggunakan kipas angin atau AC.
Perasaan luhur sangat erat
kaitannya dengan hal-hal yang sifatnya kerohanian yang memberi ciri-ciri
manusiawi. Perasaan luhur dapat dibedakan atas enam jenis.[6]
1)
Perasaan
estetis (keindahan) dimiliki oleh manusia sebagai homo esteticus,
seperti manusia mampu membedakan keindahan warna bukan hanya hitam putih saja.
2)
Perasaan
intelek dimiliki oleh manusia sebagai homo sapiens sehingga melahirkan
ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan taraf
hidupnya, manusia merasa kurang puas apabila yang dingini belum
diperolehnya.
3)
Perasaan
diri yang pada umumnya diukur dengan diri orang lain sehingga timbul perasaan
kurang percaya diri (minderwaardigheids complex atau inferieur)
dan perasaan lebih percaya diri (meerwaardigheids complex atau superieur,
“ gede rasa “).
4)
Perasaan
sosial yang dimiliki oleh manusia sebgai homo socius timbul karena
seseorang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga ia
memperoleh empati. Sebaliknya, yang tidak merasakan suasana orang lainakan
memperoleh penilaian antipati atau sifat yang tidak sosial (asosial), misalnya
seseorang yang terbahak-bahak di tengah suasana orang-orang yang sedang
berkabung.
5)
Perasaan
etis atau susila yamg berkaitan denan nilai baik dan buruk dalam masyarakat
telah ditentukan norma-normanya. Misalnya mengambil barang orang lain tanpa
izin dahulu merupakan kejahatan yang melanggar norma hukum,.
6)
Perasaan
kebutuhan merupakan hasil penghayatan manusia sebagi homo religius karena
manusia sadar bahwa dirinya kecil debgai mikro-kosmos dibandingkan dengan
kekuatan alam atau Tuhan sebagai makro kosmos. Karena makro-kosmos sangat
menentukan mikro-kosmos maka orang menjadi takut, lalu bersujud atau menyembah
kepada Yang Mahakuasa atau Mahatimggi. Sifat-sifat luhir inilah yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain.
Perasaan erat kaitannya dengan emosi. Emosi sebagai wujud perasaan
yang kuat. Perasaan hanya menyangkut kerohanian sedangkan emosi mempengaruhi
rohani dan jasmani.
c.
Kemauan (Konasi)
Menurut Kartono Kartini kemauan adalah dorongan kehendak
yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh
pertimbangan akal budi. Secara fisik, kemauan manusia bertujuan untuk mencukupi
keperluan fisiknya sebenarnya terbatas. Namun secara psikis, manusia mempunyai
sifat yang serakah, cenderung untuk tidak membatasi dirinya. Manusia mempunyai
unsur kebebasan psikis yang cenderung sebagai nafsu yang tidak terbatas. Karena
itu, manusia perlu dididik dan dilatih untuk mengendalikan kemauan dirinya.[7]
Proses terjadinya kemauan dapat dibedakan menjadi tiga fase. Pertama,
momen dorongan merupakan fase yang mengandung motif bagi sesorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam hal ini motivasi dapat menjadi kekuatan yang hebat
bagi seseorang untuk berusaha memperoleh apa yang dikehendakinya. Kedua,
momen pilihan merupakan fase seseorang sebagai homo sapiens atau economicus
dalam berpikir untuk memilih mana yang akan dilakukannya dengan
mempertimbangkan untung dan ruginya. Ketiga, momen keputusan merupakan
fase yang dijadikan arah yang akan ditempuh oleh seseorang.
d.
Fantasi
Menurut Agus Sujanto yang dimaksud fantasi adalah suatu daya
jiwa untuk menciptakan sesutau yang baru. Dengan fantasi, manusia dapat membuat
sesutau yang baru yang merupakan suatu kreasi.
Menurut jenisnya, fantasi yang disadari ada tiga macam, yaitu:[8]
1) Fantasi mencipta, yaitu fantasi yang benar-benar dapat menghasilkan sesuatu yang
baru. Dengan kemjauan teknologi, manusia dapat menciptakan film fantasi contohnya
batman, donal duck, popeyethe sailorman, dan lain-lain.
2) Fantasi terpimpin, yaitu fantasi yang muncul karena adanya perangsang dari luar.
Misalnya, seorang penulis novel jika ingin dikatakan berhasil harus dapat
membawa pembacanya ke fantasi yang diinginkannya. Dengan cara tersebut,
karyanya benar-benar dapat dinikmati oleh pembacanya. Dengan kata lain, penulis
yang berhasil harus mampu berkomunikasi dengan pembacanya (berapresiasi).
3) Fantasi melaksankan, merupakan perpaduan anatara fantasi mencipta dan fantasi
terpimpin. Contohnya, seorang penyanyi yang ingin berhasil dalam membawakan
lagu percintaan, walaupun secara tidak langsung lagu itu telah membawanya ke
dunia percintaan (fantasi terpimpin), tetapi agar dapat lebih mengekspresikan,
ia harus berfantasi atau mengingat kembali bagaimana ia dahulu sedang
bermesraan dengan kekasihnya (fantasi mencipta/kreasi).
e.
Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, dan genetika.
Secara umum perbedaan manusia yang satu dengan yang lainnya
ditentukan oleh dua faktor yaitu pembawaan dan lingkungan.
Faktor pertama adalah
pembawaan atau keturunan yang terbentuk pada waktu tejadi pembuahan. Pembawaan
yang terjadi mempunyai sifat yang abadi dan menentukan pribadi anak
keturunannya.
Faktor kedua adalah
lingkungan yang merupakan alam kedua dalam masa setelah kelahiran yang ikut
membentuk karakter seseorang, bahkan memodifikasi temperamennya sehingga
membentuk suatu pribadi tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli, perilaku manusia dapat dibedakan
secara lebih khusus. Diantaranya sebagai berikut.[9]
1)
Struktur
Jiwa
Menurut Sigmund Freud, struktur jiwa terdiri atas
a)
Lapisan
kesadaran yang mengandung hasil-hasil pengamatan seseorang pada dunia
sekitarnya
b)
Lapisan
bawah sadar yang berisi hal-hal yang dilupakan
c)
Lapisan
ketidaksadaran yang berisi kompleks-kompleks terdesak.
2)
Kepribadian
Menurut William Stern perilaku manusia memiliki dua sifat. Pertama,
reaksi-reaksi karena adanya faktor luar yang menjadi perangsang. Kedua, aksi
spontan sebagai faktor dari dalam dan faktor itulah yang bekerja terhadap
perangsang.
3)
Eksistensialisme
Menurut Rollo May, setiap individu mempunyai kesadaran
sebagai pusat diri yang subjektif, artinya mempertahankan atau memperkuat
dirinya sebagai pusat diri yang subjektif, artinya mempertahankan atau
memperkuat dirinya sebgai pusat (center). Sifat subjektif demikian akan
cenderung mendorong pemilik sifat menjadi orang yang mau benar sendiri atau
berkuasa.
4.
Tipologi Manusia
Tipologi (typology) adalah pengetahuan yang mencoba
menggolong-golongkan manusia atas dasar kepribadian. Secara garis besarnya,
pribadi manusia terdiri atas individualitas biologis dan individualitas
psikologis (jasmani dan rohani).
Tipologi manusia yang didasarkan pada kondisi tubuh manusia antara
lain dikemukakan oleh Lavater dan Galenus. Johan Gasper
Lavater meruapakan seorang ahli kebangsaan Jeraman membagi tipe manusia
berdasarkan tubuh. Ia mengatakan bahwa tubuh yang gemuk biasanya mempunyai
sifat tenang dan sabar, sedangkan mereka yang betubuh kecil dan panjang
mempunyai tipe lincah dan kurang sabar. Lebih jauh, ia juga mengemukakan
tentang ilmu wajah (fisiogomis).
Dahi dan alis mata, menurutnya dapat memberikan indikasi-indikasi tertentu
mengenai inteligensi seseorang, sedangan hidung dan pipi mencerminkan kehidupan
moral dan emosional. Mulut dan dagu merefleksikan kehidupan yang masih animal
dan mata mencerminkan segenap kehidupan psikisnya.[10]
Seorang pemikir Yunani kuno dan murid Hypocrates (ahli kedokteran)
yang bernama Claudius Galaneus membagi tipologi berdasarkan temperamen.
Temperamen merupakan cairan-cairan (humor) dalam tubuh (darah merah, lendir
putih, empedu hitam, empedu kining). Caoran terbanyak dan dominan akan
memberikan ciri pada temperamen. Oleh krena itu sifat temperamen relatif
konstan. Claudius menyebutkan adanya empat tipe manusia, yaitu sebagai berikut.[11]
a.
Tipe
Sangunikus
Orang-orang yang bertipe sanguinikus merupakan orang yang
memilki darah (sangai) yang banyak dalam tubuhnuya. Perasaan dasar orang
demikia adalah riang dan optimis. Hal-hal positif pada mereka antara lain
percaya kepada diri sendiri, tidak takut menghadapi masa depan, gerak dan
bicaranya banyak, dan mudah mengambil prakarsa.
Sedangkat sifat negatifnya antara lain mendatar, perasaannya tidak
stabil, kurang konsekuen, hidupnya kurang teratur, dan reaksinya tidak
dipikirkan dalam-dalam.
b.
Tipe
Melankholikus
Oang yang memilki tipr ini memilki banyak empedu hitam (melankhole)
dalam tubuhnya. Perasaan dasarnya adalah sedih sehingga keadaannya kebalikan
dari tipe sanguinikus. Segi positifnya adalaha berhati-hati dalam tindakannya,
konsekuen, mudah menepati janji, dan stabil jiwanya. Sedangkan segi negatifnya
adalah ketakutan, perasaannya mudah tersentuh, sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dan sikapnya kurang bergairah.
c.
Tipe
Kholerikus
Orang bertipe kholerikus, dalam tubuhnya banyak terdapat
empedu kunung (kholert), dengan perasaan dasarnya selalu merasa kurang
puas. Segi positifnya, perasaannya hebat dan kuat, kesukaran diatasi
dengan energi yang berlebihan dan banyak
prakarsa dalam usahanya. Sedangkansegi negatifnya, gelisah,lekas eksplosif,
mudah emosional, ingin menang sendiri, objekvitasnya kurang, mudah tesinggung,
kurang rasional, dan kurang punya reserve atas perasaannya sendiri.
d.
Tipe
Flagmatikus
Orang-orang flagmatikus dalam tubuhnya terdapat banyak lendir (flagma)
dengan perasaan dasarnya tenang, netral, dan tidak ada warna perasaan yang
jelas.
Segi positifnya antara lain tidak banyak ketegangan perasaan, mudah
merasa memiliki harapan-harapan yang hebat, tidak emosional, tidak mudah
terharu, tidak mudah panik, bersikap tertibdan teratur, dan mudah memaafkan.
Segi negatifnya antara lain perasaannya tidak begitu kuat (peka), dingin hati,
penyesuaian tergdap lingkungan terlambat, peranannya reaktif atau positif,
menjemukan, dan bersifat agak konservatif.
5.
Kedudukan Manusia diantara Makhluk Lain
Apa yang dapat disaksikan oleh mata di bumi ini dapat dibedakan
atas empat macam yang menggambarkan suatu tingkatan yaitu benda mati,
tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia.
Benda mati merupakan anorganisme
yang bersifat tetap atau statis. Statis dalam arti tidak dapat bergerak
atau berpindah tempat kecuali ada yang memindahkannya.
Tumbuhan merupakan organisme dan mempunyai tingkatan yanglebih
tinggi dari bendamati. Tumbuhan dapat berkembnag dari tingkatan kecil ke
besaryang mempunyai ciri-ciri dapat melakukan metabolisme,
pernapasan,mengadakan reaksi tergadap rangsangan, mampu melakukan pertumbuhan
melalui daur kehidupan, dan mampu berkembang akan tetapi tidak mampu berpindah
tempat.
Binatang merupakan organisme yang mempunyai tingkat lebih tinggi
dari tumbuhan. Ciri-ciri disamping seperti yang dimiliki oleh tumbuhan, juga
memiliki kelebihan lain, yaitu dapat bergerak menurut kehendaknyasehingga dapat
berpindah-pindah.
Manusia menurut jenisnya merupakan homo sapiens yang berarti
makhluk cerdas dan bijaksana yang dibedakan atas tiga ras yaitu Negroid,
Mongoloid, dan Caucasoid. Ciri fisik yang menonjol pada ras Negroid adalah
kulit hitam, rambut keriting, sedangkan ras Mongoloid adalah kulit kuning,
rambut lurus, dan pada ras Caucasoid adalah kulit putih, rambut berombak.
Tingkah laku manusia makin kompleks lagi. Manusia dapat bergerak,
memiliki akal budi, wawasan pikiran, dan kesadaran diri. Banyak kelebihan
manusia dibandingkan dengan yang lainnya sehingga memungkinkan manusia
menciptakan kebudayaan. [12]
Dari uraian di atas, jelas bahwa manusia dibandingkan dengan benda
mati atau makhluk lainnya menempati posisi teratas. Oleh karena itu, sebutan
manusia sebagai makhluk paling tinggi dan beradab tidak lain karena kemampuan
manusia lebih dari primata yang lain.
B.
LINGKUNGAN
1.
Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah suatu media di
mana makhluk hidup tingggal, mencari penghidupannya, dan memilki karakter serta
fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan
maklhuk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran yang
lebih kompleksdan riil. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan organisme dalam melangsungkan kehidupannya. Sedangkan lingkungan hidup
merupakan keseluruhan unsur atau komponen yang berada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu yang bersangkutan.[13]
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 23
tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang, dengan semua benda, daya, keadaan makhluk hidup,
termasuk manusiadan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.[14]
Ligkungan hidup tidak bisa
dipisahkan dari ekosistem atau suatu ekologi. Ekosistem adalah suatu kehidupan
yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari bergbagai jenis) dengan
berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem kehidupan dimana terdapat
campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Manusia merupakan bagian dari
ekosistem.
Lingkungan amat penting bagi
kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki
daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya.[15]
2.
Macam-Macam Lingkungan
Lingkungan dapat dibagi menjadi
lingkungan alam dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan Alam
Lingkungan alam merupakan lingkungan
manusia hidup di dalam sebuah ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup dengan
lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan abiotik.[16]
1) Komponen Abiotik
Komponen Abiotik pada umumnya
merupakan faktor lingkungan yang memengaruhi makhluk-mkhluk hidup diantaranya:
a) Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh bagi
tumbuh-tumbuhan, dimana tumbuhan memperoleh bahan-bahan makanan atau mineral-mineral untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tanah ini juga merrupakan tempet tinggal manusia serta hewan.
b) Udara
Udara atau gas-gas yang membentuk
atmotsfer okigennya diperlukan untuk bernapas, gas karbondioksidanya diperlukan
tumbuhan untuk proses fotosintesi. Termasuk juga misalnya gas-gas yang kemudian
larut dalam dalamair yang diperlukan oleh makhluk yang hidup di dalam air.
c) Air
Air merupakan komponen biotik yang
besar pengaruhnya bagi kebutuhan hidup makhluk hidup, khususnya manusia. Air
baik sebagai tempat makhluk-makhluk hidup yang tinggal di dalam air, maupun
yang berbentuk sebagai uap yang menentukan kelembaban dari udara, yang besar
pebgaruhnya bagi makhluk hidup yang hidup di darat.
d) Cahaya
Cahaya , terutama cahaya matahari
banyak memengaruhi keadaab mahkluk-makhluk hidup. Peran yang sangat penting
adalah sebgai penerang di bumi ini.
e) Suhu
Suhu atau temperatur merupakan
faktor lingkunan yang berpengaruh terhadap kehidupan makhluk-maklhuk hidup
lain. Tiap makhluk hidup mempunyai batas-batas pada suhu manamereka dapat
hidup.
2)
Komponen
Biotik
Komponen biotik adalah
suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Komponen biotik terdiri dari 3, yakni Produsen, Konsumen, dan Pengurai.[17]
a) Produsen
Kelompok inilah yang merupakan
makhlu hidup yang dapat menghasilkan makanan dari zat-zat anorganik, umumnya
merupakan makhluk-makhluk hidup yang dapat melakukan fotosintesis. Termasuk
kelompok ini adalah tumbuhan.
b) Konsumen
Konsumen merupakan kelompok makhluk
hidup yang menggunakan atau makan zat-zat organik atau makanan yang dibuat oleh
produsen.
c) Pengurai
Pengurai adalah mkhlik hidup atau
organisme yang menguraikan sisa-sisa atau mahkluk hidup yang sudah mati. Oleh
pekerjaan pengurai ini, zat-zat organik yang sudah mati itu terurai kembali
menjadi zat-zat anorganik. Dengan demikian, zat-zat anorganik ini dapat
digunakan kembali oleh produsen untuk membentuk zat-zat organik atau makanan.
Yang termasuk kelompok ini, misalnya bakteri dan jamur.
b.
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah wilayah
tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai
kelompok beserta lembaganya dengan simbol dan nilai serta terkait dengan
ekosistem dan tata ruang atau peruntukan ruang.
Lingkungan sosial seorang manusia
(individu) pada dasarnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan
segala aktivitas dan pranata yang terbentuknya. Seorang manusia pasti akan
hidup di tengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial
mereka. Kehidupan dalam ligkungan sosial manusia ditandai dengan adanya beragam
aktivitas, aneka ragam interaksi, berebagai pranata yang dibentuk, serta berada
dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebgai tempat kehidupannya.[18]
Adapun macam-macam lingkungan sosial
terdiri dari sebagai berikut.
1)
Lingkungan Keluarga
Media
awal dari seorang individu mengenal lingkungannya adalah keluarga. Orang tua
memberikan perhatian dan pendidikan kepada anak agar memperoleh dasar-dasar
pola pergaulan hidup yang baik dan benar melalui penanaman disiplin, kebebasan,
dan keharmonisan.[19]
Keluarga dapat diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan
utama bagi setiap individu. Begitu seorang bayi dilahirkan, ia sudah
berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakak-adiknya, dan mungkin dengan
saudara dekatnya yang lain. Melalui lingkungan keluarga anak mengenal dunia
sekitarnya serta pola pergaulan hidup sehari-hari.
Fungsi
keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong,
melindungi atau merawat. Bentuk keluaraga terdiri dari seorang suami, isteri,
dan anak-anaknya yang biasany tinggal dalam satu rumah yang sama (disebut
keluarga inti). Secara resmi biasanya selalu tebentuk oleh adanya ikatan
perkawinan.[20]
Secara
umum fungsi keluarga meliputi[21]:
a)
Pengaturan
Seksual
Dapat
dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila tidak ada pengaturan seksual.
Misalnya jika anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang salah, maka kewajiban-kewajiban
itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atau bertentangan dengan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Ayah tadi tidak dapat merawat
anaknyadan anaknya tidak diakui keluarga ayahnya, maka kedudukan si anak
meragukan serta pengalaman sosialisasinya tidak lengkap. Oleh karena itu, pada
setiap masyarakat dijumpai nirma-norma keabsahan (norms of legitimimacy),
yaitu kelahiran diluar nikah tidak dibenarkan. Setiap masyarakat mengatur siapa
boleh menikah dengan siapa, dan menentang kehamilan insidental atau hasil
hubungan seks kebetulan.
b)
Reproduksi
Berkembangnya
teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga
berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan seksual dengan
pembiakan. Kehadiran anggota baru dapat dipandang penunjang atau malapetaka,
bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang, terutama dalam penyediaan
tenaga kerja.
c)
Sosialisasi
Manusia
sebagai makhluk dalam evolusinya lebih bergantung pada kebudayaan, danbukan
kepada naluri atau insting. Masyarakat dan kebudayaannya menjadi bergantung
kepada kefektifan sosialisasi, yaitu sejauh mana sang anak mempelajari
nilai-nilai, sikap-sikap, dan tingkah laku masyarakat, dan keluarganya. Oleh
karena itu, masyarakat harus membentuk atau menuntut unut yang meneruskan
nilai-nilai kepada generasi berikutnya.
d)
Pemeliharaan
Masa
kehamilan yang cukup panjang disertai masa kritis dan tugas menyusui
berlarut-larut, membuat ibu yang sedang hamil memerlukan perlindungan dan
pemeliharaan. Demikian pula anak yang baru dilahirkan sampai jangka waktu
tertentu, sampai dapat berdiri sendiri, menuntut terpenuhinya segala kebutuhan
hidupnya. Kedua orang tua menanamkan hubungan kasih sayang dengan anak-anaknya
melalui ikatan ketergantungan emosional, memaksa secara bertahapke arah berdiri
sendiri.
e)
Penempatan Anak
di dalam Masyarakat
Jangan
menentukan penempatan sosial sorang anak, pengaturan wewenang membantu
menentukan kewajiban peranan orang-orang dewasa terhadap sang anak. Anak
merupakan simbol berbagai macam hubungan peran yang penting diantara
orang-orang dewasa. Penempatan sosial ditetapkan oleh masyarakat atas dasar
keanggotaan keluarga melalui pemberian orientasi hubungan seperti orang tua,
saudara kandung, dan kerabat.
f)
Pemuas Kebutuhan
Perseorangan
Hubungan
suami-isteri dibentuk oleh jaringan teman-teman dan anak di tempat mereka
hidup, tetapi teman tidak menggantikan kepuasan hubungan suami-isteri dengan
anaknya. Dengan terebentuknya keluarga dan memperoleh anak, suami-isteri dapat
menutupi kekurangan-kekurangan alamiah masing-masing, dan persatuan ini
melindungi mereka dari kesulitan yang dihadapi seseorang bila hidup sendiri.
g)
Kontrol Sosial
Keluarga
yang berfungsi dalam sosialisasi, yaitu bagi setiap individu pada saat ia
tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan
umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai
tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
2) Lingkungan
Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society,
asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal
dari bahasa Arab, yaitu syirk artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini
tentu karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam
lingkungann sosial yang merupakan kesatuan. Untuk arti yang lebih khusus
masyarakat disebut juga kesatuan sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang
yang erat.[22]
Masyarakat merupakan lingkungan kedua setelah
keluarga, dimana manusia akan lebih banyak mengenal sesama manusia, dan
mendapatkan wawasan ataupun pengelaman yang bermakna bagi hidupnya.
Kemajmukan suatu masyarakat akan ikut menentukan
mampu tidaknya seorang manusia untuk bersosialisasi. Makin majemuk suatu
masyarakat maka proses sosialisasi akan semakin sulit. Hal ini disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri dari berbagai budaya dan kelompok, satu sama
lain akan memiliki norma sendiri-sendiri bias saja terjadi, apa yang dibolehkan
pada suatu kelompok dilarang oleh kelompok yang lain.
Di dalam
masyarakat pedesaan umumnya bersifat homogen sehingga proses sosialisasi dapat
berjalan dengan lancar. Lain halnya dengan masyarakat perkotaan yang memiliki
tingkat kemajemukan yang sangat tinggi sehingga proses sosialisasi akan sulit
terjadi.[23]
Disamping itu, dalam masyarakat terdapat pula
lingkungan yang berperan penting bagi kehidupan seornag manusia, yaitu teman bermain. Dalam bermain dengan
temannya,seorang anak mulai belajar berbagai aturan yang belum tentu sesuai
dengan kebiasaannya yang berlaku di rumah. Dalam hal ini anak di tuntut untuk
bersikap toleran, menghargai milik orang lain, memainkan suatu peran dan
sebagainya.
Pada saat anak meningkat menjadi remaja,peranan
teman sebaya seringkali lebih besar pengaruhnya dari pada peran orang tua.
Sering terjadi dalam masyarakat, orang tua tidak dapat mengendalikan prilaku
anaknya karena ikatan solidaritas yang sangat kuat dalam diri anak terhadap
teman sebaya. Teman sebaya sering menjadi acuan dalam bertingkah laku.
Pada usia remaja, kelompok sepermainan itu
berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu
antara lain disebabkan karena remaja memiliki ruang lingkup pergaulan yang
luas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Teman dan persahabatan merupakan
pengelompokan social yang melibatkan orang orang yang berhubungan relatif akrab
satu sama lain Karen sering bertemu serta adanya kesamaan minat atau
perhatian dan kepentingan yang bukan
atas dasar hubungan darah.
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan
kepribadian seorang anak, antara lain sebagai berikut.[24]
a)
Anak merasa aman
dan dianggap penting dalam kelompoknya.
b)
Perkembangan
kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan
c)
Kelompok
merupakam tempat menyalurkan berbagai aspirasi, penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir , gembira , dan sebagainya yang memungkinkan tidak di dapatkan
dirumah.
d)
Melalui
interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan ketrampilan social, yang
berguna bagi kehidupannya kelak.
e)
Kelompok
persahabatan dapat mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.
f)
Anggota kelompok
dapat mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan kepemimpinan, menumbuhkan
rasa kesetiakawanan social yang kuat, rela berkorban untuk sesama anggota
kelompok, dan menyalurkan semangat patriotism
yang tinggi.
3) Lingkungan
Sekolah
Sekolah
pada dasarnya merupakan lingkungan formal pertama bagi seorang anak. Disekolah,
anak belajar untuk berdisiplin mengikuti aturan dan menerima hukuman atau
pujian atas prestasinya.
Pada
pendidikan tingkat dasar, peran guru sangat besar, bahkan dominan melebihi
peran orang tua untuk memengaruhi dan membentuk pola perilaku anak didik. Tidak
jarang anak lebih menurut pada guru dari pada orang tua. Pada tahap sekolah
menengah, para remaja sudah mulai memiliki sikap. Kepribadian mereka mulai
terbentuk dan menuju kemandirian. Para remaja sudah berani melontarkan kritik
apabila menemui keadaan yang tidak memuaskan bagi dirinya.
Fungsi-fungsi
yang ingin di capai oleh pendidikan sekolah sangat banyak sehingga orang tua
siswa sering berharap kepada sekolah agar mampu mendidik anak-anaknya dengan
baik. Tetapi, perlu di ingat bahwa orang tua merupakan kunci dalam memberikan
motivasi dan keberhasilan studi anak. Tidak ada pihak lain yang dapat menggantikan
peran orang tua dengan seutuhnya.[25]
Sekolah
tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujujan
mempengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi juga memepengaruhi hallain
seperti kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib.
Menurut
Drebeen, di sekolah seorang anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah
seorang anak dapat mengharapkan bantuan ornag tuanaya dalam melakukan
aktivitasnya, maka di sekolah mereka harus melakukan aktivitasnya dengan mandri
dan tanggung jawab.[26]
4) Lingkungan
kerja
Lingkungan kerja berperan besar
terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Lingkungan kerja seringkali
ditandai dengan adanya tekanan pekerjaan yang besar. Seorang karyawan tidak
jarang menghadapi beban tugas berat dimana ia hanya memiliki waktu terbatas
menyelasaikan tugasanya sehingga harus lembur, rekan kerja yang tidak
kooperatif atasan yang otoriter, dan Susana kerja yang kaku. Semua itu dapat
menyebabkan stress dan memengaruhi kepribadian seseorang.[27]
Dalam lingkungan kerja, seseorang
akan selalau berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, mereka juga belajar
dalam menghormati atasan dan menghargai rekandan bawahan. Dilingkungan kerja
seseorang juga belajar tentang nilai, norma, dan cara hidup.[28]
C.
PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
Lingkungan sangat berpengaruh bagi
perkembangan dan kehidupan manusia. Dalam hal ini berkaitan dengan
kesejahteraan hidup yang diterima oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berkaitan dengan hal itu, lingkungan sanagt penting bagi manusia.
Arti penting lingkungan bagi manusia adalah:[29]
a.
Lingkungan
merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang di atas
bumi sebgai lingkungan.
b.
Lingkungan
memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
c.
Lingkungan
memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
d.
Lingkungan
memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
e.
Manusia
memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan
kebahagiaan hidup.
Dalam lingkungan sosial terjadi
beberapa aktivitas atau kegiatan yang bermanfaat dan bahkan sudah menjadi
kebutuhan hidupnya. Selain itu mereka juga dapat melakukan berbagai kegiatan
yang merugikannya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Interaksi dalam lingkungan sosisal
Interaksi
sosial merupakan hubungan social yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan
dengan kelompok manusia dalam bentuk akomodasi kerja sama, persaingan, dan
pertikaian.
Interaksi
sosial berbentuk hubungan pengaruh yang tampak dalam kehidupan bersama. Tanpa
interaksi social tidak mungkin ada kehidupan masyarakat. Interaksi social
terjadi antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan kelompok
social. Antara kelompok social dengan kelompok social lainya.
Interaksi
sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan (kerja sama
atau konflik), bisa dengan tutur kata jabat tangan, bahasa isyarat atau bahkan
tanpa konflik. Bahkan hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi social
karena terlah mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk
menentukan tindakan interaksi social hanya dapat berlangsung antara pihak pihak
apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak.[30]
Interaksi
sosial dapat terjadi apabila ada kontaj social dan komunikasi. Kontak social
merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dam mental kontak social dapat
bersifat primer( melalui media prantara, Koran, radio tv , dan lain-lain).
Komunikasi merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lain,
tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi
interaksi social. Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan atau symbol lainya.
Syarat
terjadinya komunikasi yaitu, pertama kontak sosial. Kata kontak berasal
dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama
menyentuh.[31]
Dalam pengertian sosiolog, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi
atau hubungan fisik. Perkembangan selanjtunya, kata kontak berarti berhubungan
dengan menggunakan pembicaraan, telepon, telegram, surat, radio, televisi,
internet, dan lain-lain.[32]Kedua
komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide atau
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya.[33]
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa komunkasi adalah proses memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain. Perilaku orang dapat berupa pembicaraan,
gerakan tubuh, ekspresi wajah, sikap, dan perasaan-perasaannya.[34]
Faktor-faktor
pendorong terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut::
a.
Imitasi, adalah
suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan
dalam bermacam-macam bentuk. Misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat dan
kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang.[35]
b.
Sugesti, adalah
rangsangan atau pengaruh atau stimulus. Rangsangan diberikan kepada seseorang
kepada orang lain. Penerima sugesti akan menuruti kehendak pemberi sugesti
tanpa berpikir kritis dan rasional.[36]
c.
Identifikasi,
adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan individu lain yang ditiru. Contoh seorang siswa yang mengagumi gurunya,
sering mengidentifikasi dirinya seperti guru yang dikaguminya.[37]
d.
Simpati, adalah
proses kejiwaan seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain atau sekelompok
orang. Ketertarikan tersebut disebabkan oleh sikap, keterampilan, dan wibawa.[38]
e.
Empati, adalah
proses kejiwaaan seseorang yang larut
dalam perasaa orang lain baik suka maupun duka. Contohnya adalah ketika
kita melihat orang mendapat musibah, kita seolah-olah ikut merasakannya.
f.
Motivasi, adalah
dorongan, rangsangan, atau stimulus. Motivasi dapat diberikan oleh seseorang
kepada orang lain, seorang kepada kelompok, atau kelompok kepada kelompok lain.[39]
Selain
itu, terdapatjuga bentuk-bentuk interaksi sosial. Bentuk- bentuk interaksi sosial
dapat berupa kerja sama (cooperation) akomodasi, persaingan dan pertikaian.
Kerjasama sebagai segala bentuk usaha guna mencapai tujuan bersama. Akomodasi
digunakan dalam dua arti, yaitu pada suatu keadaan dan sebagai suatu proses.
Akomodasi sebagai keadaan menunjukan kenyataan adanya keseimbangan dalam
interaksi social. Akomodasi sebagai proses menunjukan pada usaha manusia untuk
meredakan pertentangan, yaitu usaha mencapai kestabilan. Persaingan merupakan
proses social dimana seseorang atau kelompok social bersaing memperebutkan
nilai atau keuntungan dalam kehidupan melalui cara cara menarik perhatian
public. Pertikaian merupakan interaksi social dimana seseorang atau kelompok
social berusaha memenuhi kebutuhanya dengan jalan menantang lawanya dengan
ancaman atau kekerasan. Selain itu dapat juga berupa asimilasi, alkulturasi,
dekulturasi, dominasi, paternalisme, diskriminasi, integrasi dan pluralisme.[40]
2.
Sosialisasi
dalam lingkungan sosial
Sosialisasi
adalah proses belajar yang kompleks. Dengan sosialisasi, manusia sebagai
makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, yang cakap menjalankan
fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Menurut Peter
L. Berger sosialisasi adalah proses dimana seorang anak belajar menjadi
seseorang yang berpartisipsi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam
sosialisasi adalah peran-peran, sehingga teori sosialisasi adalah teori
mengenai peran (role theory).[41]
Fungsi
sosialisasi dapat dilihat dari sudut pandang individu dan masyarakat. Dari sisi
individu, berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri
terhadap nilai-nilai, norma-norma dan struktur sosial. Dari sisi masyarakat,
berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, da pewarisan nilai-nilai
serta norma-norma sosial. Sedangkan tujuan sosialisasi adalah untuk membentuk
kepribadian.[42]
Proses
sosialisasi dalam lingkungan keluarga terdiri dari dua macam pola sosialisasi,
yaitu dengan cara represif (represive socialization ) yang mengutamakan adanya
pendekatan anank pda orang tua dan cara partisipatif (participatory
socialization) yang mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
Represif ataupun partisipatif dalam keluarga disebut sistem pendidikan
keluarga, sistem tersebut dilaksanakan
melalui pola asuh, yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat da memberikan
pelajaran ataupun pengetahuan kepada anak dalam masyarakat.[43]
3.
Pranata
dalam lingkungan sosial
Dalam
lingkungan sosial dapat pula terebentuk pranata sosial sosial sebagai pengaruh
dari adanya interaksi anatara sesama manusia.
Pranata
sosial (dalam bahasa inggris istilahnya institution) menunjukan padasistem pola-pola resmi yang dianut suatu
warga masyarakat dalam berintraksi.
Menurut
Koentjaraningrat, pranata adalah suatu system norma khusus yang menata
rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat.[44]
Sistem norma khusus dimaksudkan sebagai system aturan-aturan yang telah di tetapkan.
Contohnya, permainan silat yang diperagakan anak-anak sekolah yang sedang
istirahat dan pertandingan silat dalam suatu kejuaraan. Contohnya pertama bukan
pranata karena berlangsung dalam situasi tidak resmi dan tidak adanya aturan
baku yang tetap, sedangkan contoh kedua merupakan pranata, sebab berlangsung
dalam situasi resmi dengan mendasarkan pada aturan pertandingan silat yang
telah ditetapkan.
4.
Problem
dalam kehidupan sosial
Problema
sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang abnormal,
amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak. Problem sosial
menyangkut nilai-nilai dan moral yang menyimpang sehingga perlu di telliti, di
telaah, diperbaiki, bahkan mungkin untuk dihilangkan.
Problem-problem sosial timbul dari
kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor
ekonomi, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki
sejumlah norma norma yang menyangkut kesejahteraan, kebendaan, kesehatan, dam
penyesuaian terhadap lingkungan social. Penyimpangan terhadap norma-norma
tersebut memunculkan gejala abnormal yang mengarah pada terciptanya problem
social.
Menurut Soejono Soekanto problem
sosial yang terjadi di hadapi masyarakat banyak ragamnya sesuai dengan
faktor-faktor penyebabnya, maka problem social yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.[45]
1) Problem
sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan ,dan pengangguran.
2) Problem
sosial kerena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan
disorganisasi.
3) problem
sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit
4)
Problem sosial
karena faktor kebudayaan seperti perceraian kejahatan, kenakalan anak, konflik
ras, dan konflik keagamaan.
Seringkali
suatu problema sosial dapat di golongkan lebih dari satu kategori. Kemiskinan
misalnya, mengkin sebagai akibat dari penyakit paru-paru sehingga tidak bisa
mencari nafkah( faktor biologis) atau karena sakit jiwa (faktor psikologis)
atau dapat pula bersumber dari faktor budaya, yaitu tidak adanya pekerjaan atau
ditolak bekerja.
Contoh
dari problem sosial adalah, perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam
lingkungan sosial tersebut. Perilaku menyimpang disebut juga nonkonformitas.[46]
Menurut Karl Marx dalam teori konflik dijelaskan bahwa perilaku menyimpang
merupakan perilaku yang didefinisikan atau dibentuk oleh pihak yang berkuasa
untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Ada
empat faktor penyeban perilaku menyimpang, yaitu ketidak sempurnaan sosialisasi,
menganut suatu kebudayaan yang menyimpang, kesalahan memahami informasi, dan
ikatan sosial yang menyimpang.[47]
Adapun
bentuk dari perilaku menyimpang yaitu, penyalahgunaan NAZA atau narkoba,
kenakalan remaja, penyimpangan seksual, dan
tindakan kriminal. Untuk mengatasi hal tersbut dapat dilakukan dengan pengendalian
sosial. Pengendalian sosial adalah suatu cara yang dilakukan secara
terencana atau tidak terencana yang mengajarkan, membujuk, atau memaksa
individu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan, nilai, dan norma, yang
berlaku.[48]
Pengendalian
sosial dapat dilakukan dengan cara memberikan gunjingan, teguran, cemoohan,
pendidikan, gosip atau desas-desus, otrasisme (mengucilkan), fraundulens
(meminta bantuan kepada pihak lain), intimidasi, dan hukum. Adapun lembaga
pengendalian sosial yaitu, lembaga kepolisian, lembaga pengadilan, lembaga
adat, dan tokoh masyarakat.[49]
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh
manusia terhadap lingkungannnya begitu besar. Dengan adanya manusia lingkungan
hidup ini akan lebih bermakna, dan dapat di kelola agar bisa menjadi lebih
bermanfaat. Selain itu, demi memenuhi kebutuhannya mereka juga membutuhkan
makhluk lain karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari manusia lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beradasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam,
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta
terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan
timbal balik baik itu positif maupun negatif.
Selain itu
manusia juga mempunyai beberapa aspek yang harus dimiliki olehnya dan tidak
dapat dipisahkan, aspek-aspek tersebut yaitu aspek jasamaniah dan rohaniah.
Manusia juga
memiliki daya yang dapat dibedakan dengan mkhluk yang lain diantaranya, akal
dan inteligensi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.
Adapun tipologi
yang dimiliki manusia adalah tipe sanguinikus, melankholikus, kholerikus, dan
flegmatikus.
Manusia dibandingkan dengan benda mati atau makhluk lainnya
menempati posisi teratas. Oleh karena itu, sebutan manusia sebagai makhluk
paling tinggi dan beradab tidak lain karena kemampuan manusia lebih dari
primata yang lain.
Terkait dengan ini, manusia tidak
dapat dipisahkan dari lingkungannya. Lingkungan adalah suatu media di mana
makhluk hidup tingggal, mencari penghidupannya, dan memilki karakter serta
fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan
maklhuk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran yang
lebih kompleksdan riil.
Macam-macam lingkungan yang berperan
penting bagi kehidupan manusia adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan tentunya sangat dipengaruhi ataupun memengaruhi manusia, pengaruh
itu dapat bersifat positif maupun negatif.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh
manusia terhadap lingkungannnya begitu besar. Dengan adanya manusia lingkungan
hidup ini akan lebih bermakna, dan dapat di kelola agar bisa menjadi lebih
bermanfaat. Selain itu, demi memenuhi kebutuhannya mereka juga membutuhkan
makhluk lain karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari manusia lain.
B.
Saran
Manusia sebagai mahkluk yang paling tinggi derajatnya, dan dapat
dikatakan sebagai pengelola lingkungan tentunya harus dapat memanfaatkan
lingkungan hidupnya sebaik mumgkin agar lingkungan hidup kita dapat terjaga dan
dapat meminimalisir terjadinya masalah, baik itu masalah yang terdapat padalingkungan alam maupun
lingkungan sosial.
Demikian makalah yang dapat saya susun, tentunya untuk membantu
para pembaca dalam mengetahui dan memahami materi Pengaruh Aktivitas Manusia Terhadap Lingkungan Hidupnya. Namun,
dalam pemnyusunannya masih terdapat banyak keurangan. Untuk itu, kami mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar perbaikan dalam
penuyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi dan Nazaruddin Latif. 2011. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas
X. Sokoharjo: Sindunata.
Henslin James M. Sosilogi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:
Erlangga.
Herimanto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kuning DP Retno dan Heri D.
Hartanto. 2011. Sosiologi Untuk
SMA/MA Kelas X. Sukoharjo: Sindunata.
Maryati Kun dan
Juju Suryawati.2007. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis.
Pabundu Moh. Amain Andi Sopandi.
Mita Widyastuti. 2008.Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Bumi
Aksara.
Setiadi Elly M. Kama Abdul Hakam.
Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Soelaeman M. Moendar. 2009. Ilmu Sosial Dasar Teori & Konsep Ilmu
Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Suhardi dan Sri Sunarti. 2009. Sosiologi
1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Sumarsih, Wilgati, Siti Wulningsih.
2011. Geografi untuk SMA/MA Kelas XI. Sukoharjo: Hasan Pratama.
Wardiyatmoko K. 2006. Geografi
untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Widyosiswoyo Supartono. Ilmu
Budaya Dasar. 2009. Bogor: Ghalia
Indonesia.
[2] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009,hlm.11.
[3] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm. 14.
[4] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm. 16.
[5] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm.16.
[6] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm.17.
[7] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm.18.
[8] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009,
hlm.19-20.
[9] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm.21.
[10] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm.21.
[11] Ibid., hlm.
21-26.
[12] Supartono
Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009,
hlm.9-11.
[13] K. Wardiyatmoko, Geografi
untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta, 2006.
[14] Sumarsih, Wilgati, Siti
Wulningsih, Geografi untuk SMA/MA Kelas XI, Hasan Pratama, Sukoharjo,
2011, hlm. 4.
[15] Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011,
hlm. 173.
[16] Elly M.
Setiadi, Kama Abdul Hakam, dan Ridwan Effendi, Ilmu Sosial & Budaya
Dasar, Kencana, Jakarta, 2012, hlm.185.
[17] Elly M.
Setiadi, Kama Abdul Hakam, dan Ridwan Effendi, Ilmu Sosial & Budaya
Dasar, Kencana, Jakarta, 2012, hlm.186.
[18] Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011,
hlm. 188.
[19] Retno Kuning
DP dan Heri D. Hartanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata,
Sukoharjo, 2011, hlm. 7.
[20] M. Moendar
Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori & Konsep Ilmu Sosial, Refika
Aditama, Bandung, 2009, hlm. 115.
[21] Ibid.,
hlm.115-119.
[22] M. Moendar
Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori & Konsep Ilmu Sosial, Refika
Aditama, Bandung, 2009, hlm. 122.
[23] Moh. Pabundu,
Amin andi Sopandi, dan Mita widyastuti, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X,
Bumi Aksara, Jakarta 2008, hlm. 154.
[24] Moh. Pabundu,
Amin andi Sopandi, dan Mita widyastuti, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X,
Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 157.
[25] Moh. Pabundu,
Amin andi Sopandi, dan Mita widyastuti, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X,
Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 157.
[26] Kun Maryati
dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, Esis, Jakarta,
2007, hlm. 106.
[27] Ibid., hlm.
160.
[28] Retno Kuning
DP dan Heri D. Hartanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata,
Sukoharjo, 2011, hlm. 9.
[29] Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011,
hlm. 174.
[30] Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011,
hlm. 188-189.
[31] Ahmadi dan
Nazaruddin Latif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata, Sukoharjo,
2011, hlm.42.
[32] Kun Maryati
dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, Esis, Jakarta,
2007, hlm. 57.
[33] Ibid., hlm.
43.
[34] Suhardi dan
Sri Sunarti, Sosiologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hlm. 70.
[35] Kun Maryati
dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, Esis, Jakarta,
2007, hlm. 61.
[36] Kun Maryati
dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, Esis, Jakarta,
2007, hlm. 71.
[37] Ahmadi dan
Nazaruddin Latif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata, Sukoharjo,
2011, hlm.45.
[38] Suhardi dan
Sri Sunarti, Sosiologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hlm. 74.
[39] Ibid., hlm.74.
[40] Suhardi dan Sri Sunarti, Sosiologi
1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta, 2009, hlm. 82-85.
[41] Retno Kuning
DP dan Heri D. Hartanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata,
Sukoharjo, 2011, hlm. 4.
[42] Suhardi dan
Sri Sunarti, Sosiologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hlm. 103.
[44] Herimanto dan
Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011,
hlm. 190.
[45] Herimanto dan Winarno, Ilmu
Sosial & Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 192-193.
[46] Retno Kuning
DP dan Heri D. Hartanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata,
Sukoharjo, 2011, hlm. 22.
[47] Suhardi dan
Sri Sunarti, Sosiologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hlm. 1315-136.
[48] Ibid.,
hlm. 137.
[49] Retno Kuning
DP dan Heri D. Hartanto, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X, Sindunata,
Sukoharjo, 2011, hlm. 26-30.
Komentar
Posting Komentar