REVIEW BOOK

                                    Nama                          : Rosmatul ‘Alawiyah                                  
Jurusan                      : PGMI 4/B
NIM                            : 1415107058                                     
Mata Kuliah               : Psikologi Belajar dan Pembelajaran


A.    IDENTITAS BUKU

 

Judul Buku                  : Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru
Penulis                         : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed.
Editor                          : Anang Sholihin Wardan
Desainer Cover           : Guyun Slamet
Desain Isi                    : Deni A.S.
Penerbit                       : Remaja Rosdakarya
Tahun Terbit                : 2016
Cetakan                       : Kedua
Kota Terbit                  : Bandung
Jumlah Halaman          : 268 hlm
ISBN                           : 979-692-972-6


B.     PENDAHULUAN

Aktifitas pendidikan di sekolah telah bergerak dari pendidikan  tradisional menuju pendidikan progresif. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai sekolah dengan basis pengembangan potensi diri anak secara optimal tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Buku yang ditulis oleh Dr. Muhibbin Syah, M.Ed. bertujuan dalam rangka memberikan pemahaman tentang pentingnya memahami dan mengembangkan pembelajaran dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran di kelas sesuai dengan kondisi psikologis siswa agar kualitas interaksi belajar antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan berbagai sumber belajar terus meningkat seriring dengan perkembangan mental siswa.
Apabila kualitas interaksi belajar terus meningkat, diharapkan kualitas hasil belajar (baik pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang dicapai siswa optimal dan kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini juga meningkat, sehingga akan lahir calon-calon pemimpin bangsa Indonesia yang berkualitas secara akademik dan moral.
Buku karangan Dr. Muhibbin Syah, M.Ed. disajikan secara praktis, agar pembaca khususnya pendidik dapat dengan mudah memahami dan terdorong untuk terus-menerus berusaha mengembangkan berbagai pemahaman tentang psikologi pembelajaran dalam menjalankan tugas profesinya sebagai pendidik. Buku ini bermanfaat dan dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu, sebgai pendidik hendaknya dapat mengetahui dan memahami isi dari buku ini karena psikiologi pendidikan ataupun psikologi pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran

C.    ISI REVIEW BUKU
Berdsarkan hasil review yang didapat oleh saya, buku ini terdiri dari delapan bab yaitu sebagai berikut:
BAB I                         :  Pendahuluan
BAB II            :  Psikologi, Pendidikan, dan Pengakaran
BAB III          : Proses Perkembangan dan Hubungannya dengan Proses Belajar
BAB IV          : Belajar
BAB V                       : Ciri, Perwujudan, Jenis, Pendekatan, dan Faktor yang Mempengaruhi Belajar
BAB VI          : Presatsi, Lupa, Kejenuhan, Transfer, dan Kesulitan Belajar
BAB VII         : Mengajar
BAB VIII       : Guru dan Proses Mengajar-Belajar

Adapun uraian atau hasil review buku dari maing-masing bab tesebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Kandungan pokok buku ini terdiri dari dua macam, yakni hal belajar dan hal mengajar. Hal-hal pokok tersebut dijadikan intisari pembahasan dalam buku ini mengingat perannya yang vital dalam setiap proses pengajaran baik dalam satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
     Hal-hal lain seperti tentang studi psikologi pendidikan dan perkembangan siswa juga dibahas, namun tetap dalam konteks proses belajara dan pengajar. Dalam hal ini, kedua bidang bahasan tersebut dipandang sebagai bagian-bagian penting yang melandasi pembahasan-pembahasan inti.
Dalam buku ini juga terdapat beberapa pendekatan psikologi yang diaplikasikan tentunya dalam rangka memperoleh hubungan yang baik antara siswa dengan siswa., siswa dengan guru dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan mempelajari buku ini diharapkan calon pendidik atau pendidik dapat melakukan inovasi yang baru dalam melakukan proses pembelajaran agar siswa merasa senang dan dapat melakukan pembelajaaern dengan semangat sehingga pembelajaram yang dilakukan dapat bermakna. 

BAB II
PSIKOLOGI, PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Pada bab ini terdapat beberapa poin yang menjadi pokok pembahasan, yaitu: definisi psikologi, pendidikan, arti penting psikologi pendidikan, sejarah, cakupan, dan metode psikologi pendidikan serta hakikat dan hubungan antara pendidikan dengan pengajaran.
Yang pertama yaitu deifinisi psikologi dan pendidikan. Psikologi menurut buku ini yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki yang membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Dalam pengertian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan
Selanjutnya yaitu pendidikan. Pendiidkan  adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.
Berdasarlan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Psikologi pendidikan adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Maksudnya yaitu psikologi pendidikan yaitu disiplin psikologi yang berhubungan dnegan masalah-masalah kependidikan.
 Dalam hal ini, psikologi pendidikan sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori masalah kependidikan yang berguna dalam berbagai hal yaitu: penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, penyelenggaraan pendidikan keguruan. Selain itu terdapat juga objek riset dan kajian psikologi pendidkan yang terdiri dari Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, dan guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.
Pada bab ini dijelaskan juga mengenai arti penting psikologi pendidikan. Selaku calon guru maupun guru yang sedang bertugas tidak perlu memandang psikologi pendidikan sebagai satu-satunya gudang penyimpan jawaban-jawaban yang benar dan pasti atas persoalan-persoalan kependidikan yang anda hadapi. Namun, anda tetap perlu tahu bahwa dalam psikologi pendidikan terdapat serangkaian stok informasi mengenai teori-teori dan praktik belajar, mengajar. Yang perlu dipetik dari psikologi pendidikan untuk terciptanya pembelajaran yang bermakna yaitu: a) proses perkembangan siswa, b) cara belajar siswa, c) cara menghubungkan mengajar dan belajar, dan d) pengambilan keputusan untuk pengelolaan pembelajaran.
Dijelaskan juga mengenai sejarah singkat psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan awalnya muncul di Jerman berkat kepeloporan Johann Friedrich Herbart (1766-1841), ia adalah seoramg psikolog yang namanya diabadikan sebagai aliran pemikiran pendidikan “Herbatianisme”. Psikologi pendidikan berkembang berkat pengaruh aliran psikologi lain, diantaranya yaitu aliran humanisme, behaviorisme, dan psikologi kognitif. Kemudian terdapat cakupan psikologi pendidikan. Dalam buku ini dijelaskan bahwa secara garis besar psikologi pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu: Pokok bahasan mengenai belajar yang melputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya, Pokok bahasan mengenai proses belajar yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa, Pokok bahasan mengenai situasi belajar yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
     Sementara itu, Samuel Smith menetapkan 16 topik bahasan yaitu: pengetahuan tentang psikologi pendidikan, hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir, lingkungan yang bersifat fisik, perkembangan siswa, proses-proses tingkah laku, hakikat dan ruang lingkup belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, hukum-hukum dan teori belajar, pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi, transfer belajar, meliputi mata pelajaran, sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran, ilmu statistik dasar, kesehatan rohani, pendidikan membentuk watak, pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah, pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar.
Untuk dapat menerapkan psikologi pendidikan ini, terdapat beberapa metode psikologi,diantaranya: metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus, metode penyelidikan klinis, dan metode observasi naturalistik. Dengan mengathui metode-metode tersebut diaharapkan pendidik dapat menerapkannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Selain itu, dengan mempalajari psikologi pendidikan dapat membantui guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi maslah tersebut dengan beberapa metode psikologi.


BAB III
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
     Bab ini menjelakan mengenai proses perkembangan dan hubungannya dengan proses belajar. Yang pertama yaitu perkembangan. Perkembangan  merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Atau proses perubahan kualitatif yang mengacu kepada mutu fungsi organ-organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu 1) aliran nativisme. Pokok pikiran aliran ini bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan, pandangan seperti ini disebut pesimisme pedagogis. 2) aliran empirisme, menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. 3) aliran konvergensi, merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini mengggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Selanjutnya terdapat proses perkembangan bagi individu. Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah), tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas), tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas. Adapun dalam perkembangan ini terdapat tugas dan fase perkembangan yang terdiri dari tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak, tugas perkembangan fase anak-anak, tugas perkembangan fase remaja, tugas perkembangan setengah baya, tugas perkembangan fase usia tua.
Dalam hal ini dijelaskan juga beberapa hukum perkembangan, yaitu 1) hukum konvergensi menjelaskan bahwa perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami. 2) hukum perkembangan dan pengembangan diri, 3) hukum masa peka, peka berarti mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. 4) hukum keperluan, 5) hukum kesatuan anggota badan, proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian, suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan pancaindera, misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan. 6) hukum tempo, perkembangan setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam kategori: cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi. 7) Hukum irama perkembangan dan hukum rekapitulasi
Selain perkembangan yang sduah dijelaskan diatas terdapat juga perkembangan psiko- siswa yang meliputi: perkembangan motor (motor development) siswa, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills), perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak, perkembangan sosial dn moral (social and moral development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkkomunikasi dengan orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa ialah untuk: mengembangkan kecakapan kognitif, mengembangkan kecakapan afektif, mengembangkan kecakapan psikomotorik.

BAB IV
BELAJAR
     Pada bab ini menjelaskan tentang hakikat belajar. Yang pertama yaitu definisi belajar itu sendiri, dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
            Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, dalam persfektif psikologi, antara belajar, memori dan pengetahuan terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Teori-teori pokok mengenai belajar terdiri atas: koneksionisme, pembiasaan klasik, pembiasaan perilaku respons. Teori belajar kognitif teori kesatu, kedua, dan ketiga bersifat behavioristik (perilaku jasmaniah semata) sedangkan teori keempat bersifat kognitif, yakni bahwa belajar adalah peristiwa mental bukan semata-mata behavioral. Menurut aliran behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari orangtuanya, dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan/pembawaan. Sedangkan menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespons atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.Terdapat juga fase-fase belajar yaitu: informasi (penerimaan materi), transformasi (pengubahan materi dalam memori), dan evaluasi (penilaian penguasaan materi). Sedangkan menurut Wittig, fase belajar meliputi: Acquistion (perolehan materi), Storage (proses penyimpanan), Retrieval (memproduksi/mengungkapkan kembali materi dari memori)
BAB V
CIRI, PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Bab ini menjelaskan mengenai ciri, perwujudan, jenis, pendekatan dan faktor yang mempengaruhi belajar. Dalam hal ini ciri khas perilaku belajar terdiri dari: perubahan intensional, perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengn sengaja dan disadari, atau dengan kata lain kebetulan. Karakteristik ini mengandung konoitasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurang ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan seterusnya. Selanjutnya perubahan positif dan aktif. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (pemahaman dan keterampilan) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya bayi merangkak setelah bisa duduk) tetapi karena usahnya sendiri. Perubahan yang selanjutnya yaitu perubahan efektif dan fungsional, perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna, maksudnya perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya kerika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidup.      
Pembahasn berikutnya yaitu mengenai perwujudan perilaku belajar. Perwujudan perilaku belajar ini dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu: Kebiasaan, kebiasaan timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti classical dan operant conditioning. Keterampilan: kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.Pengamatan: proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berpikir asosiatif dan daya ingat: proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanankemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi. Berpikir rasional dan kritis: perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Sikap: perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya. Inhibisi: kesanggupan siswa untuk mengurangi dan menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Apresiasi: penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupun konkret yang memiliki nilai luhur. Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap nilai sebuah karya sangat bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Tingkah laku afektif: tingkah laku yang menyangkut keaneka-ragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.
Selanjutnya dijelaskan juga jeinis-jenis belajar. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. Jenis-jenis belajar yang dijelaskan dalam buku ini terdiri dari, Belajar abstrak: belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Belajar keterampilan: belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Belajar sosial: belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Belajar pemecahan masalah: belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Belajar rasional: belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Belajar kebiasaan: proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Belajar apresiasi: belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu. Belajar pengetahuan: belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Atau sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen.
Dalam bab ini dijelakan juga Efisiensi, pendekatan, dan metode belajar. Efesiensi dalam belajar yaitu konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha belajar dengan hasil belajar. Jadi ada belajar yang efesien ditinjau dari sudut usaha dan ada pula yang efesien ditinjau dari hasil belajar. Selanjurtnya yaitu mengenai ragam pendekatan belajar, ragam pendekatan belajar dalam buku ini terdiri dari pendekatan hukum Jost, pendekatan Ballard & Clanchy, dan pendekatan Biggs. Ketiga pendekatan tersebuit mempunyai perannya masing-masing dalam pembelajaran dan pastinya mempunya kelebihan dan kekurangan maisng-masing. Akan tetapi, sebagai gur haris dapat mengimplementasikan pendektan-pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tersebut. Dalam buku ini dejalskan juga tentang metode belajar SQ3R, yaitu kiat mempelajari teks dengan langkah-langkah: pemeriksaan, pembuatan daftar pertanyaan, membac secara aktif, menghafal pertanyaan, dan meninjau ulang semua jawaban atas semua pertanyaan.  
Selanjutnya yaitu faktor-faktor yang memengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal siswa yaitu faktor yang berasal adri dalam diri siswa itu sendiriyang meliputi dua spek yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal siswa yaitu faktor yang diperoleh dari luar yang meliputi dua aspek yakni faktor lingkungan sosial, dan lingkungan nonsosial. Dan faktor yang selanjutnya yaitu faktor pendekatan belajar. Disamping faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar jugfa berpengaruh terhadap nkeberhasilan prose belajar siswa tersebut.

BAB VI
PRESTASI, LUPA, KEJENUHAN, TRANSFER, DAN KESULITAN BELAJAR
Bab ini menjelaskan tentang prestasi, lupa, kejenuhan, transfer, dan kesulitan belajar. Kaitannya dengan prestadi tentunya tidak jauh dengan evaluasi. Evaluasi yang dimaksudkan ialah evaluasi prestasi belajar. Evaluasi sendiri merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebvuiah program. Tujuan diadakannya evaluasi yaitu menilai ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sedangkan tujuan evaluasi akan menetukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorag guru. Kedua mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Ketiga sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masing-masing.. Keempat memotivasi belajar siswa. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu memotivasi belajar siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Kelima menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Keenam menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari instruksioanl.
Dalam evaluasi juga terdapat bebeapa fungsi yang terdiri dari: fungsi administratif, fungsi promosi, fungsi diagnostik, sumber data bimbingan konseling, dan bahan pertimbangan pengembangan paad masa yang akan datang. Selain itu ragam evaluasi terdiri dari pretest dan  post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan UAN/UN. Adapun ragam alat evaluasi yaitu evaluasi dalm bentuk objektif, dan subjektif.
Pembahasan selanjutnya dalam bab ini yaitu tentang lupa dan kejenuhan belajar. Lupa merupakan hilangnya kemmapuan mengingat/ menyebut/ melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori, karena gangguan proaktif, gangguan retroaktif, represi, perbedaan situasi antara waktu belajar dengan waktu memproduksi, perubahan minat dan sikap, tidak pernah dilatih atau dipakai, dan keruskaan syaraf otak. Untuk meminimalisir hal tersebut dapat dikaukan dengan cara overlearning (belajar lebih), extra study time (tambahan waktu belajar), mnemonic device (muslihat memori), pengelompokkan, latihan terbagi, pengaruh letak sambung.
Selanjutnya yaitu membahas tentang kejenuhgan belajar. Secara harfiah jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Sedangkan kejenuhan dalam belajar dapat diartikan rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetaoi tidak mendatangkan hasil. Kejenuhan belajar dapat dapat melanda siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Adanya kejenugan dalam belajar tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang studi tertentuyang dianggap tetalu tinggi, keberadaan siswa ditengah-ditengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerjaintelek yang berat. Untuk mengatsi kejenuhan dalam belajar daoat dilakukan dengan merfleksi diri, ataupun refreshing sejenak, pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar, pengubahan penataan kembali lingkungan belajar, memberikan motivasi dan stimulasi baru bagi siswa, siswa diikut sertakan dalam pembelajaran bukan hanya sebagai saja. Berikutnya yaitu, trasnfer dalam belajar. Transfer belajar yaitu pengaruh keterampilan hasil belajar dalam sebuah situasi lainnya dan ragamnya terdiri dari transfer positif, negatif, vertikal dan lateral. 
Pembahasan selanjtnya yaitu kesulitan dalam belajar. Kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik dan munculnya  misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun rendah, karena faktor intern dan ektern dari siswa tersebut. Langakah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar terdiri dari analisis hasik diagnosis, identifikasi kecakapan yang perlu perbaikan, dan penyusunan program remedial teaching. Dalam menyusun progaram pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan: tujuan pengajaran remedial, materi pengakajaran remedial, alokasi waktu dan teknik evaluasi pengajaran remedial.

BAB VII
MENGAJAR
Bab 7 dalam buku ini membahs menganai segala yang terkait dalam mengakar, baik itu pengertian, arti oenting menajar, metode mengajar dan sebgainya. Mengajar sendiri diartikan sebagai kegiataan yang dilakuakan untuk mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalui psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar. Secara kuantitatif mengakar berarti menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Secara institusional mengajar berarti mengadaptasikan teknik mengajar sesuai dengan bakat, kemmapuan, dan kebutuhan siswa. Secara kualitatif berrati membantu memudahkan siswa dalam membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
Dalam mengajar juga terdaapt beberapa pandagan, yang pertma pandangan mengajar sebagai ilmu.  Pandangan ini hanya menekankan pada pentingnya penguasaan guru atas berbagai pengetahuan, sedangkan pandangan mengajar sebagi seni menganggap bakat keguruan lebih penting daripada pengetahuan.
Untuk mengajar sendir terdapat macam-macam model mengajar. Macam-macam modelmengajar ini terdri dari: tahapan pengelolaan informasi, model personal, model sosial, dan model behavioral. Selain lodel terdapat juga metode pokok mengajar. Metode mengajar diartikan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksankan kegiatan kependidika, khusunya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Macam-macm metode mengajar sangat banyak, diantaranya: ceramah, diskusi, demontrasi, ceramah plus, ceramah plus tanya jawab, ceramah plus diskusi dan tugas, metode ceramah plus demontrasi dan pelatihan.
Dalam mengajar juga guru harus mamou membuat strategi mengajar dengan efektif. Maksudnya yaitu strategi dalam mengajar harsu disesuaiakn dengan semua komponen pembelajaran agar pembelajara dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuau dengan tujuan dari pembelajaran tersebut.

BAB VIII
GURU DAN PROSES MENGAJAR DAN BELAJAR
Bab 8 atu bab terakhir dalam buku ini membahas mengenai guru dan prioses menagaajar dan belajar. Pendidik atau guru  ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik menuju pribadi dewasa susila. Pribadi dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: mempunyai individualitas yang utuh, mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain.
Seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu mandiri, tidak tergantng kepada orang lain. Ia harus mampu membentuk dirinya sendiri. Dia juga bukan saja dituntut bertanggung jawab terhadap anak didik, namun dituntut pula bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Tanggung jawab ini didasarkan atas kebebasan yang ada pada dirinya untuk memilih perbuatan yang terbaik menurutnya. Apa yang dilakukannya menjadi teladan bagi masyarakat.
Sebagaimana di kemukakan terdahulu, bahwa tanggung jawab seorang pendidik cukup berat, maka predikatnya tersebut hanya dapat dipegang oleh orang dewasa. Untuk menjadi pendidik diperlukan berbagai persiapan, seperti pendidikan calon pendidik di sekolah dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan dengan status kodrat dan sosialnya sanggup mendidik orang lain, maksudnya memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik.
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut. Kematangan diri yang stabil memahami diri sendiri mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusian serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu  sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain. Kematangan sosial yang stabil dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakat dan mempunyai kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.  Kematangan profesional yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya. Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal disekolah, secara langsung atau tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Maka selain harus memiliki syarat-syarat sebagai manusia dewasa, harus pula memenuhi persyaratan lain yang lebih berat, yang dapat dikelompokkan menjadi persyaratan pribadi dan persyaratan jabatan. Hal yang termasuk persyaratan pribadi diantaranya: berbudi pekerti luhur memiliki kecerdasan, memiliki tempramen yang tenang, kestabilan dan kematangan emosional.
Dalam hal ini guru juga dituntut untuk mempunyai kompetensi yang dapat menjadikannya sebagai guru yang profesional. Kompetensi guru meliputi: pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Dengan adanya keempat kompetensi tersebut tetntunya guru dalam melakukan proses mengajar dan belajar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian peran guru dalam pembelajaran memang danagt penting, oleh karenanya guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN, FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN/ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI

MAKALAH PENGARUH AKTIFITAS MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN SOSIALNYA